Sesi 4.1
PENATAAN KELAS
BERNUANSA PAKEM
90 menit
A. Pengantar
Kelas-kelas
yang sudah menerapkan PAKEM menunjukkan situasi dan kondisi yang berbeda dari
kelas sebelumnya. Hal ini dapat diperlihatkan secara visual selama pelatihan
agar para guru dapat mengamati dan mempelajarinya. Terdapat berbagai perubahan
yang terjadi baik secara sadar maupun tidak sadar pada kelas-kelas yang telah
menerapkan PAKEM. Untuk mewujudkan kelas yang bernuansa PAKEM, diperlukan
dukungan dari berbagai faktor termasuk penataan ruang kelas.
B.Tujuan
Peserta
dapat:
·
menjelaskan ciri-ciri kelas PAKEM
·
menjelaskan perbedaan kelas
bernuansa PAKEM dan tidak
·
mensimulasikan penataan kelas
bernuansa PAKEM dengan menggunakan kartu-kartu berwarna yang melambangkan
perangkat kelas
C.PenATAAN
LINGKUNGAN BELAJAR
Peserta dikelompokkan ke dalam kelompok sekolah.
D. Bahan dan Alat
Foto-foto Kelas
Bernuansa PAKEM
Kertas
flip-chart sebanyak kelompok
Spidol 20
buah
Selotif, lem,
gunting sejumlah kelompok
Kartu-kartu berwarna yang
melambangkan perangkat kelas sebanyak kelompok
E.
Langkah Kegiatan
1. Pengantar (10 menit)
Fasilitator
menjelaskan tujuan sesi. Fasilitator memandu curah pendapat tentang
karakteristik kelas bernuansa PAKEM.
2. Pengamatan foto (15 menit)
Peserta mengamati
foto-foto kelas bukan PAKEM dan kelas yang bernuansa PAKEM kemudian secara berkelompok mendiskusikan
perbedaan dari ke dua nuansa kelas tersebut.
3. Diskusi Kelompok (15 menit)
Curah
pendapat fasilitator dengan peserta untuk menggali perbedaan antara kelas PAKEM
dan kelas bukan PAKEM serta menemukan manfaat dari setiap perubahan di kelas
PAKEM.
4. Simulasi
Penataan Kelas Bernuansa PAKEM (30 menit)
Setiap
kelompok diberi kartu-kartu berwarna-warni dan kertas flip-chart serta lem.
Kartu kartu itu melambangkan aneka peralatan didalam kelas seperti meja, kursi,
lemari, pojok baca, pojok media. Setiap kelompok merancang penataan kelas
dengan cara meletakkan dan menempelkan kartu-kartu berwarna di atas kertas
flip-chart.
5. Presentasi hasil
diskusi (15 menit)
Peserta
mempresentasikan hasil diskusi. Dengan panduan fasilitator, peserta merumuskan ciri-ciri kelas bernuansa PAKEM
6.
Pemantapan (5 menit)
Fasilitator dan peserta menyimpulkan hasil
diskusi tentang penataan kelas bernuansa
PAKEM.
F.
LEMBAR KEGIATAN
Lembar
Pengamatan Foto Penataan Kelas PAKEM
Petunjuk:
Gunakan Lembar Kegiatan ini untuk mengamati foto-foto penataan kelas
PAKEM
No
|
Aspek
|
Deskripsi Situasi dan Kondisi
|
|
|
|
Bukan PAKEM
|
PAKEM
|
1
|
Pajangan
|
|
|
2
|
Penataan tempat duduk
|
|
|
3
|
Interaksi
|
|
|
4
|
Sumber belajar
|
|
|
5
|
Kegiatan belajar anak
|
|
|
6
|
Suasana Kelas
|
|
|
7
|
|
|
|
G. BAHAN BACAAN
MENATA RUANG KELAS
Penataan
ruang kelas dapat mendukung atau menghambat kegiatan pembelajaran aktif. Ruang kelas
perlu ditata sedemikian rupa sehingga dapat mendukung efektifitas pembelajaran.
Ada banyak model penataan kelas sesuai dengan tujuan dan kegiatan pembelajaran
serta keadaan nyata di kelas. Jumlah siswa, bentuk meja kursi dan perabotan
yang lain akan menjadi pertimbangan dalam menata kelas.
Cara penataan kelas bisa berubah-ubah tergantung kegiatan
pembelajarannya.Tata-letak fisik kelas pada umumnya bersifat sementara, luwes
dan sesuai dengan kenyataan. Artinya guru dapat mengadakan perubahan setiap saat
sesuai dengan kebutuhan dan kesesuaian dengan materi ajarnya. Berikut ada
beberapa model tata-letak yang mungkin dapat dipertimbangkan dan dipilih:
Berikut 10 bentuk penataan kelas
yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan. Sekali lagi, tidak ada bentuk yang
paling baik. Semua baik bila digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran dan
kondisi nyata di kelas.
1.
Formasi Tanda Pangkat: Susunan ruang kelas tradisional (deretan meja dan kursi) tidak
kondusif bagi pelaksanaan belajar aktif. Bila satu kelas terdiri 30 orang siswa
atau lebih, adakalanya perlu menata kelas dengan ”gaya ruang kelas”. Formasi V atau tanda pangkat dapat mengurang jarak
antar siswa, penglihatan yang lebih baik ke depan kelas. Siswa bisa saling
melihat, daripada deretan lurus.
2.
Gaya Tim: Mengelompokkan meja secara melingkar di dalam ruang kelas memungkinkan
Anda untuk meningkatkan interaksi tim. Di samping itu, Anda dapat menempatkan
meja untuk membentuk formasi yang paling akrab.
3.
Bentuk U: Merupakan formasi serbaguna. Siswa dapat menggunakan permukaan meja
untuk membaca dan menulis, dapat melihat Anda dan atau media visual Anda dengan
mudah.
4.
Meja Konferensi: Formasi ini sangat baik bila mejanya relatif bundar atau persegi.
Formasi ini meminimalkan dominasi guru dan memaksimalkan peran siswa. Meja
berbentuk persegi panjang bisa menciptakan kesan formal jika guru berada di
ujung meja.
5.
Lingkaran: Interaksi tatap-muka akan lebih baik dengan hanya menempatkan siswa
dalam formasi lingkaran tanpa meja. Formasi ini sangat ideal untuk diskusi kelompok
besar. Bila ada ruang lingkaran yang memadai, Anda dapat meminta siswa untuk
menata kursi mereka secara cepat menjadi banyak formasi sub-kelompok..
6.
Kelompok pada kelompok: Formasi ini memungkinkan guru untuk melakukan diskusi terbuka atau
membuat drama, debat, melakukan pengamatan aktivitas kelompok. Disain yang
paling umum terdiri atas formasi lingkaran kursi, atau dapat menempatkan meja
di tengah-tengahnya yang dikelilingi kursi..
7.
Ruang Kerja: Formasi ini cocok untuk lingkungan aktif khas laboratorium di mana
siswa duduk di ruang kerja untuk mengerjakan soal atau tugas (misal:
hitung-menghitung, mengoperasikan mesin, melakukan kerja laboratorium) segera
setelah ditunjukkan caranya. Cara yang baik untuk mendorong kemitraan dalam
belajar adalah dengan menempatkan dua
siswa pada tempat kerja yang sama dan berhadapan.
8.
Pengelompokkan Berpencar: Jika ruang kelas Anda cukup besar atau tersedia tempat ruangan yang
memungkinkan, tempatkanlah meja/kursi yang dapat digunakan oleh sub-sub
kelompok untuk melakukan aktivitas belajar berbasis-tim. Usahakan berpencar
agak menjauh guna menghindari tidak saling mengganggu.
9.
Ruang Kelas Tradisional: Jika memang tidak memungkinkan
untuk membuat formasi lengkung, cobalah mengelompokkan kursi secara berpasangan untuk memungkinkan
belajar secara berpasangan. Aturlah
deretan dalam jumlah genap dan beri ruang cukup antar deret agar
pasangan siswa dalam deret ganjil dapat memutar kursi sehingga terbentuklah
”kuartet” dengan pasangan yang duduk tepat di belakangnya.
10.
Auditorium: Lingkungan auditorium memang kurang kondusif untuk kegiatan belajar
aktif, namun masih ada harapan untuk itu. Jika kursinya masih bisa dipindah,
tempatkanlah dalam bentuk busur untuk menciptakan kedekatan dan siswa dapat
melihat bagian depan dengan jelas. Jika kursinya sudah tidak dapat
dipindah-pindah, maka perintahkanlah siswa untuk duduk sedekat mungkin dengan
bagian tengah.
Ada beberapa prinsip yang perlu
dipertimbangkan dalam penataan kelas :
a.
Mobilitas
Kemudia bergerak baik bagi guru untuk berkeliling memantau proses
belajar anak dan memberikan bantuan. Kemudahan
bergerak bagi siswa untuk berbagai keperluan di kelas.
b.
Aksesibilitas
Kemudian bagi semua pihak untuk menjangkau
berbagai hal seperti alat bantu belajar dan sumber belajar yang ada di kelas.
c.
Komunikasi
Kemudahan guru dan siswa untuk mengungkakan gagasan, pikiran dan
perasaan melalui berbagai kegiatan berkomunikasi baik secara berklompok atau
klasikal.
d.
Interaksi
Kemudahan bagi semua siswa dan guru untuk saling berinteraksi untuk berbagai
kegiatan dan kepentingan.
e.
Dinamika
Suasana kelas tidak monoton dengan satu model penataan untuk berbagai
kegiatan pembelajaran dari berbagai mata pelajaran. Model penataan selalu
berubah dan berkembang sesuai dengan mata pelajaran, tujuan, kegiatan pembelajaran.
Daftar
Pustaka
Silberman,
M.L.2006. Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif.
Bandung:Nusamedia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar